Rabu, 01 Mei 2013

Ujian Nasional SMA/SMK Tahun 2013


Telaah Kisruh UN SMA/SMK Sederajat Tahun 2013
Pendidikan merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan di setiap negara. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2004, pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang.
Di negara Indonesia ini pengukuran tingkat keberhasilan pendidikan siswa digunakan metode yaitu ujian bersama atau dikenal saat ini Ujian Nasional (UN) yang dilaksanakan secara serempak dalam satu waktu di seluruh provinsi yang ada di Indonesia (34 Provinsi). Namun dalam pelaksanaannya ujian nasional yang sejak dulu berganti nama mulai dari Ujian Negara sampai Ujian Nasional, ketika memasuki periode 2001-2004, Ebtanas berubah nama menjadi Ujian Akhir Nasional (UAN). Kemudian, mulai 2005 terjadi perubahan sistem yaitu pada target wajib belajar pendidikan (SD/MI/SD-LB/MTs/SMP/SMP-LB/SMA/MA/SMK/SMA-LB) sehingga nilai kelulusan ada target minimal. Pada tahun 2010, barulah nama UN muncul.
Sejak lama UN ini terjadi pro dan kontra di kalangan pakar pendidikan, pendidik atau guru, siswa dan masyarakat terhadap penerapan ujian semacam ini. Permasalahan yang pertama adalah masalah standar nilai yang ditetapkan sama diseluruh provinsi Indonesia dan yang kedua, mengenai proses pelaksanaan ujian tersebut yang dinilai masih ada kekurangan dan kesalahanan kecil maupun besar yang berakibat pada siswa juga mutu pendidikan di negara Indonesia ini. Namun hal tersebut tidak begitu besar menjadi perbincangan di masyarakat. Di Tahun 2013 ini barulah dalam sejarah pendidikan Indonesia muncul permasalahan UN yang dinilai cukup besar dan menjadi perbincangan dibeberapa media cetak dan elektronik.
Pada tanggal 15 April 2013 yang lalu baru saja diselenggarakannya Ujian Nasional (UN) untuk tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Pelaksanaan UN SMA/SMK ini lebih terasa heboh dibandingkan pelaksanaan UN untuk tingkatan SMP dan SD. Dalam beberapa jejaring sosial, media cetak dan elektronik banyak sekali siswa SMA yang membahas UN, mulai dari resah dengan belajar, deg-degan, contekan, strategi dan sebagaimana. Bukan hanya siswa SMA yang membicarakan hal ini, juga berbagai kalangan dikarenakan terjadinya permasalahan yang cukup menghebohkan dalam sejarah pendidikan di Indonesia ini.
Penyebab Kisruhnya UN SMA/SMK sederajat 2013
Banyak pemberitaan mengenai kacaunya pelaksanaan UN 2013 ini pada hari pertama pelaksanaannya senin, 15 April 2013. Media cetak dan elektronik sibuk memperbincangkan masalah pelaksanaan UN yang dinilai kisruh. Menurut fakta dan data dilapangan penyebab terjadinya kekisruhan dapat diidentifikasi sebagai berikut:
  • Distribusi Naskah Per Wilayah Terunda
  • Kesalahan Teknis Pembagian Soal per Sekolah
  • Adanya kesalahan dan keterlambatan percetakan
Impikasi atau Dampak dari Kekisruhan UN tahun ini
Dari identifikasi penyebab terjadinya kisruh UN ini, dapat disimpulkan dampak yang akan terjadi :
  • UN yang bersifat kerahasiaan dan penuh dengan kehati-hatian terkotori dengan kerusakan pada segel paket soal dan beberapa sekolah juga ada yang kekurangan soal akhirnya menggandakan sendiri.
  • Anggaran untuk UN 2013 ini akan membengkak karena terjadi penundaan.
  • Citra dan mutu pendidikan Indonesia terancam buruk
  • Menurunnya motivasi dan konsentrasi siswa
Saran Terhadap Pemerintah dan Para Pendidik
Ada beberapa solusi yang dapat di berikan melalui saran di bawah ini:
1. Bagi Pemerintah
  • Pemerintah harus mengkaji ulang sistem Ujian Nasional di negara Indonesia.
Jika mengamati negara Finlandia, diakui oleh semua negara sistem pendidikan Finlandia adalah terbaik dunia. Padahal di negara tersebut ditiadakannya sistem UN. Sumber yang diketahui, disana diterapkannya budaya membaca sejak kecil, juga kebijakan-kebijakan dari pemerintah Finlandia untuk membuat suasana belajar senyaman mungkin.
  • Pemerintah sudah harus menetapkan satu institusi untuk mencetak soal-soal ujian dan lembar jawaban
Cara ini bermanfaat agar tidak banyak kepentingan-kepentingan, misalkan percetakan negara (PusGraFin). Jika dibuat tender-tender apalagi sampai permainan pemenangan tender tidak dipungkiri pasti terjadi unsur suap yang berujuk tindak korupsi.
  • Pemerintah harus melakukan intervensi dan pengawasan terhadap pencetakan soal supaya cepat dan tidak mendadak dalam pendistribusiannya, juga untuk menghindari terhadap penggunaan kertas berkualitas rendah yang bisa merugikan para pelajar.
2. Bagi Pendidik (guru)
  • Secara psikologis akibat terjadinya kisruh UN ini siswa dapat merasakan frustasi yang berujung pada penurunan kualitas semangat belajar siswa, maka tugas pendidik mengembalikan semangat tersebut dengan memberikan motivasi, pemahaman untuk mengubah pola pikir siswa.
  • Memberikan pengajaran dengan metode PAILKEM (Pembelajaran, Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif, Menarik)
  • Metode pembelajaran ini disesuaikan dengan kondisi siswa dikelas, dengan pembelajaran yang menyenangkan dan tidak membosankan akan tumbuh motivasi semangat belajar siswa.
Harapan Penulis: Semoga Kejadian UN ini tidak terulang kembali pada UN SD & SMP

Faktor Penyebab Kegagalan UAN


Sebentar lagi sekolah2 akan melangsungkan kegiatan UAN (ujian akhir nasional ), kira2 apakah akan banyak siswa yg stres.,atau sebaliknya kebanyakan bisa merasakan kegembiraan mendapatkan kelulusan. Sebenarnya faktor yg mempengarui semua itu, ada banya sekali, tp disini saya akan menguraikan 3 yg bagi saya adalah masalah pokok..antara lain :

1. faktor guru, dalam hal ini guru sangatlah berpengaruh dalam proses pembelajaran, karena akan berbeda hasilnya, apabila guru itu mengajar bukan karena gaji, tp karena kemauan untuk mencerdaskan, sebab kalau mengajar karena gaji ia tak akan optimal dalam mengajar. tetapi kalau para guru mengajar dengan niat mencerdaskan, pastilah ia akan cari cara terbaik untuk bagaimana caranya anak ini biar cerdas, toh gaji gak usah di pikirkan, setiap bulan pasti akan dibayarkan.

2. faktor dari anak itu sendiri, kta semua pasti mengetaui bahwa anak2 sekarang tu,krisis moral, sehingga ia manunya yg serba instan. jd untuk meluluskan dirinya ia tak mau belajar, dan hanya sibuk mencari bocoran soal, dan menyontek kpd temannya, di samping itu anak2 skrang kebanyakan kalau belajar pas ada ulangan saja, kalau tidak ia enggan untuk belajar.

3. faktor pemerintah, disini menyangkut masalah soal, karena banyak sekali kebocoran, sehingga memberikan peluang kepada oknum-oknum vntuk di komersilkan, sehingga dapaknya menjadi mengakar sampai sekarang, anak2 hanya mengandalkan bocoran, gak mau belajar...dan akhirnya kalau gak lulus marah, sekolahpun jd sasaran..
Tak mau mengulangi kesalahan seperti Ujian Nasional (UN) SMA/SMK/MA kemarin, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, dengan tegas menyatakan bahwa UN SMP hari ini (22/4) akan berjalan lancar. Seperti apakah persiapannya? Simak tulisannya.

Laporan JPNN, JAKARTA
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, M. Nuh memastikan, UN untuk tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau MTs, akan berjalan dengan lancar. Dirinya menjamin, tidak akan ada keterlambatan dalam pengiriman naskah soal.
"Kami bertekad dan mendapat dukungan dari semua komponen termasuk TNI dan Polri. Jangan sampai terjadi hal yang sama. Kita juga fokus untuk mempersiapkan, agar sesuai dengan jadwal," katanya di Gedung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, kemarin (21/4).
Nuh mengaku, dirinya telah mengintrospeksi dan belajar dari kesalahan yang terjadi dari UN tingkat SMA. ”Kami telah memetakan masalah di percetakan. Oleh karena itu, percetakan yang tadinya memegang percetakan untuk 11 provinsi, kita ambil alih,” jelasnya.
Proses mencetak naskah, nantinya akan dibagikan ke tiga percetakan, yakni PT Pura Baru Utama untuk daerah Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, dan Gorontalo. PT Temprina untuk daerah Sulawesi selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Utara. Sedangkan untuk PT Jasuindo Tiga Perkasa berwenang di daerah NTT sama NTB, dan PT Ghalia di Provinsi Bali.
Selain itu, M. Nuh juga menegaskan, naskah soal UN baru sampai saat hari H. "Pada H-1, naskah belum di sekolah, karena sampai sekolah pada hari H," tegasnya seraya merinci jumlah peserta UN SMP/MTs di Indoensia tahun ini, ada 3.717.498 murid, 51.163 sekolah, 208.633 ruang, dan 417.266 pengawas. (*)
Aktivitas
Home > Aktivitas […] > Mengambil Nilai Positif dari Kegagalan UN 2013

Mengambil Nilai Positif dari Kegagalan UN 2013 (0)

Pendidikan sejatinya merupakan proses yang berjalan tiada henti. Penekananpun seharusnya pada “proses” yang dilakukan, baik oleh guru maupun oleh siswa.
Ada yang salah ketika UN yang pada awalnya ditujukan untuk mengukur sejauh mana kemampuan siswa dalam menyerap pelajaran yang sudah dilakukan berubah menjadi alat untuk menentukan kelulusan siswa. Walhasil, berbagai “upaya” lalu dilakukan banyak pihak terkait agar siswa tetap lulus bahkan sebisa mungkin dengan nilai memuaskan.
Sudah bukan rahasia lagi, kekacauan pelaksanaan UN tahun 2013 seakan menjadi puncak bagi kegagalan sistem evaluasi pendidikan di negeri kita. Pada tahun ini, di mana kurikulum 2013 akan serentak diterapkan di sejumlah daerah, pun dengan banyak perbedaan pendapat, seakan mendapat tantangan terbesar dari rakyat Indonesia , yaitu sebuah : ketidakpercayaan pada Pemerintah, khususnya Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Lebih khusus lagi tentu saja pada Mendikbud, Moh. Nuh yang tiba-tiba langsung menjadi sosok populer di tahun ini.
Anak-anak sekarang kan kurang hafal dengan nama-nama menteri. Bisa jadi, jumlah orang yang duduk di kabinet memang banyak atau bisa juga karena terlalu sering berganti-ganti. Namun, coba tanyakan siapa Mendikbud sekarang : insya Allah bisa menjawab. Namun popularitas Nuh ternyata berbanding terbalik dengan kepercayaan masyarakat pada dunia pendidikan pada umumnya. Ini yang bahaya. Pendidikan yang seharusnya menjadi sebuah upaya pembentukan karakter generasi bangsa, akankah harus “keguguran” kembali ?
Pemandangan corat marut ini, mau berdalih bagaimanapun juga, akan menjadi pembelajaran berharga bagi generasi mendatang akan gagalnya sebuah manajeman. Kita hanya bisa berharap kejadian ini menumbuhkan semangat bangkit dan keinginan memperbaiki diri. Sudah saatnya semua pihak legowo bahwa yang harus dipertahankan dan tetap dipupuk adalah karakter tanggung jawab dan kejujuran anak bangsa. Terlihat benar oleh siapapun bahwa dua karakter ini sedang dijadikan contoh bagi anak-anak kita.
Lalu, karena UN mulai berubah tujuannya, maka dia menjadi sebuah tujuan dari proses pendidikan itu sendiri. Apapun yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah akhirnya akan berujung pada bagaimana meninggikan nilai UN. Dengan sangat terpaksa dan disadari atau tidak oleh bangsa ini, daya juang, motivasi, bahkan nilai-nilai kejujuran akan tergadai agar siswa tetap lulus UN bagaimanapun caranya. Para pemangku kebijakan seakan menutup mata dengan fenomena ini. UN tetap dilaksanakan dengan berbagai cara. Kecuranganpun semakin menemukan titik paling canggih pada pelaksanaannya. Siapa bilang soal berbarcode tidak bisa dibuatkan kunci jawabannya ? Siapa yang melakukannya ? Pertanyaan selanjutnya adalah : Apakah UN tahun mendatang akan tetap dijalankan ?


2 komentar:

  1. Kalau UN ini terus dijalankan maka akan jadi apa anak bangsa ini

    BalasHapus
  2. Mulai saat ini telah ada kurikulum baru yaitu kurikulum 2013, dimana katanya didalam kurikulum tersebut UN ditiadakan, tapi entahlah pak. Yang terpenting, ada UN atau tidak, generasi muda harus tetap semangat untuk kebaikan dirinya, agama, bangsa dan negara :)

    BalasHapus