Telaah Kisruh UN SMA/SMK
Sederajat Tahun 2013
Pendidikan merupakan salah satu sektor penting dalam
pembangunan di setiap negara. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2004,
pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan
pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan yang berlangsung
di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta
didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat
di masa yang akan datang.
Di negara Indonesia ini pengukuran tingkat
keberhasilan pendidikan siswa digunakan metode yaitu ujian bersama atau dikenal
saat ini Ujian Nasional (UN) yang dilaksanakan secara serempak dalam satu waktu
di seluruh provinsi yang ada di Indonesia (34 Provinsi). Namun dalam
pelaksanaannya ujian nasional yang sejak dulu berganti nama mulai dari Ujian
Negara sampai Ujian Nasional, ketika memasuki periode 2001-2004, Ebtanas
berubah nama menjadi Ujian Akhir Nasional (UAN). Kemudian, mulai
2005 terjadi perubahan sistem yaitu pada target wajib belajar pendidikan
(SD/MI/SD-LB/MTs/SMP/SMP-LB/SMA/MA/SMK/SMA-LB) sehingga nilai kelulusan ada
target minimal. Pada tahun 2010, barulah nama UN muncul.
Sejak lama UN ini terjadi pro dan kontra di kalangan
pakar pendidikan, pendidik atau guru, siswa dan masyarakat terhadap penerapan
ujian semacam ini. Permasalahan yang pertama adalah masalah standar nilai yang
ditetapkan sama diseluruh provinsi Indonesia dan yang kedua, mengenai proses
pelaksanaan ujian tersebut yang dinilai masih ada kekurangan dan kesalahanan
kecil maupun besar yang berakibat pada siswa juga mutu pendidikan di negara
Indonesia ini. Namun hal tersebut tidak begitu besar menjadi perbincangan di
masyarakat. Di Tahun 2013 ini barulah dalam sejarah pendidikan Indonesia muncul
permasalahan UN yang dinilai cukup besar dan menjadi perbincangan dibeberapa
media cetak dan elektronik.
Pada tanggal 15 April 2013 yang lalu baru saja
diselenggarakannya Ujian Nasional (UN) untuk tingkat Sekolah Menengah Atas
(SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Pelaksanaan UN SMA/SMK ini lebih
terasa heboh dibandingkan pelaksanaan UN untuk tingkatan SMP dan SD. Dalam
beberapa jejaring sosial, media cetak dan elektronik banyak sekali siswa SMA
yang membahas UN, mulai dari resah dengan belajar, deg-degan, contekan,
strategi dan sebagaimana. Bukan hanya siswa SMA yang membicarakan hal ini, juga
berbagai kalangan dikarenakan terjadinya permasalahan yang cukup menghebohkan
dalam sejarah pendidikan di Indonesia ini.
Penyebab
Kisruhnya UN SMA/SMK sederajat 2013
Banyak pemberitaan mengenai kacaunya pelaksanaan UN
2013 ini pada hari pertama pelaksanaannya senin, 15 April 2013. Media cetak dan
elektronik sibuk memperbincangkan masalah pelaksanaan UN yang dinilai kisruh.
Menurut fakta dan data dilapangan penyebab terjadinya kekisruhan dapat
diidentifikasi sebagai berikut:
- Distribusi Naskah Per Wilayah
Terunda
- Kesalahan Teknis Pembagian Soal
per Sekolah
- Adanya kesalahan dan
keterlambatan percetakan
Impikasi
atau Dampak dari Kekisruhan UN tahun ini
Dari
identifikasi penyebab terjadinya kisruh UN ini, dapat disimpulkan dampak yang
akan terjadi :
- UN yang bersifat kerahasiaan
dan penuh dengan kehati-hatian terkotori dengan kerusakan pada segel paket
soal dan beberapa sekolah juga ada yang kekurangan soal akhirnya
menggandakan sendiri.
- Anggaran untuk UN 2013 ini akan
membengkak karena terjadi penundaan.
- Citra dan mutu pendidikan
Indonesia terancam buruk
- Menurunnya motivasi dan
konsentrasi siswa
Saran
Terhadap Pemerintah dan Para Pendidik
Ada beberapa
solusi yang dapat di berikan melalui saran di bawah ini:
1. Bagi
Pemerintah
- Pemerintah harus mengkaji ulang
sistem Ujian Nasional di negara Indonesia.
Jika
mengamati negara Finlandia, diakui oleh semua negara sistem pendidikan
Finlandia adalah terbaik dunia. Padahal di negara tersebut ditiadakannya sistem
UN. Sumber yang diketahui, disana diterapkannya budaya membaca sejak kecil,
juga kebijakan-kebijakan dari pemerintah Finlandia untuk membuat suasana
belajar senyaman mungkin.
- Pemerintah sudah harus
menetapkan satu institusi untuk mencetak soal-soal ujian dan lembar
jawaban
Cara ini
bermanfaat agar tidak banyak kepentingan-kepentingan, misalkan percetakan
negara (PusGraFin). Jika dibuat tender-tender apalagi sampai permainan
pemenangan tender tidak dipungkiri pasti terjadi unsur suap yang berujuk tindak
korupsi.
- Pemerintah harus melakukan
intervensi dan pengawasan terhadap pencetakan soal supaya cepat dan tidak
mendadak dalam pendistribusiannya, juga untuk menghindari terhadap
penggunaan kertas berkualitas rendah yang bisa merugikan para pelajar.
2. Bagi
Pendidik (guru)
- Secara psikologis akibat
terjadinya kisruh UN ini siswa dapat merasakan frustasi yang berujung pada
penurunan kualitas semangat belajar siswa, maka tugas pendidik
mengembalikan semangat tersebut dengan memberikan motivasi, pemahaman
untuk mengubah pola pikir siswa.
- Memberikan pengajaran dengan
metode PAILKEM (Pembelajaran, Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif,
Efektif, Menarik)
- Metode pembelajaran ini disesuaikan
dengan kondisi siswa dikelas, dengan pembelajaran yang menyenangkan dan
tidak membosankan akan tumbuh motivasi semangat belajar siswa.
Harapan
Penulis: Semoga Kejadian UN ini tidak terulang kembali pada UN SD & SMP
Faktor Penyebab Kegagalan UAN
Sebentar lagi sekolah2 akan
melangsungkan kegiatan UAN (ujian akhir nasional ), kira2 apakah akan banyak
siswa yg stres.,atau sebaliknya kebanyakan bisa merasakan kegembiraan
mendapatkan kelulusan. Sebenarnya faktor yg mempengarui semua itu, ada banya sekali,
tp disini saya akan menguraikan 3 yg bagi saya adalah masalah pokok..antara
lain :
1. faktor guru, dalam hal ini guru sangatlah berpengaruh dalam proses
pembelajaran, karena akan berbeda hasilnya, apabila guru itu mengajar bukan
karena gaji, tp karena kemauan untuk mencerdaskan, sebab kalau mengajar karena
gaji ia tak akan optimal dalam mengajar. tetapi kalau para guru mengajar dengan
niat mencerdaskan, pastilah ia akan cari cara terbaik untuk bagaimana caranya
anak ini biar cerdas, toh gaji gak usah di pikirkan, setiap bulan pasti akan
dibayarkan.
2. faktor dari anak itu sendiri, kta semua pasti mengetaui bahwa anak2 sekarang
tu,krisis moral, sehingga ia manunya yg serba instan. jd untuk meluluskan
dirinya ia tak mau belajar, dan hanya sibuk mencari bocoran soal, dan menyontek
kpd temannya, di samping itu anak2 skrang kebanyakan kalau belajar pas ada
ulangan saja, kalau tidak ia enggan untuk belajar.
3. faktor pemerintah, disini menyangkut masalah soal, karena
banyak sekali kebocoran, sehingga memberikan peluang kepada oknum-oknum vntuk
di komersilkan, sehingga dapaknya menjadi mengakar sampai sekarang, anak2 hanya
mengandalkan bocoran, gak mau belajar...dan akhirnya kalau gak lulus marah,
sekolahpun jd sasaran..
Tak mau mengulangi kesalahan seperti
Ujian Nasional (UN) SMA/SMK/MA kemarin, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia, dengan tegas menyatakan bahwa UN SMP hari ini (22/4) akan
berjalan lancar. Seperti apakah persiapannya? Simak tulisannya.
Laporan JPNN, JAKARTA
Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan, M. Nuh memastikan, UN untuk tingkat Sekolah Menengah
Pertama (SMP) atau MTs, akan berjalan dengan lancar. Dirinya menjamin, tidak
akan ada keterlambatan dalam pengiriman naskah soal.
"Kami
bertekad dan mendapat dukungan dari semua komponen termasuk TNI dan Polri.
Jangan sampai terjadi hal yang sama. Kita juga fokus untuk mempersiapkan, agar
sesuai dengan jadwal," katanya di Gedung Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, Jakarta, kemarin (21/4).
Nuh mengaku,
dirinya telah mengintrospeksi dan belajar dari kesalahan yang terjadi dari UN
tingkat SMA. ”Kami telah memetakan masalah di percetakan. Oleh karena itu,
percetakan yang tadinya memegang percetakan untuk 11 provinsi, kita ambil
alih,” jelasnya.
Proses
mencetak naskah, nantinya akan dibagikan ke tiga percetakan, yakni PT Pura Baru
Utama untuk daerah Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, dan
Gorontalo. PT Temprina untuk daerah Sulawesi selatan, Sulawesi Tenggara,
Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Utara. Sedangkan untuk PT Jasuindo Tiga Perkasa
berwenang di daerah NTT sama NTB, dan PT Ghalia di Provinsi Bali.
Selain itu,
M. Nuh juga menegaskan, naskah soal UN baru sampai saat hari H. "Pada H-1,
naskah belum di sekolah, karena sampai sekolah pada hari H," tegasnya
seraya merinci jumlah peserta UN SMP/MTs di Indoensia tahun ini, ada 3.717.498
murid, 51.163 sekolah, 208.633 ruang, dan 417.266 pengawas. (*)
Aktivitas
Mengambil Nilai Positif dari Kegagalan UN 2013 (0)
Pendidikan sejatinya merupakan proses yang
berjalan tiada henti. Penekananpun seharusnya pada “proses” yang dilakukan,
baik oleh guru maupun oleh siswa.
Ada yang salah ketika UN yang pada awalnya
ditujukan untuk mengukur sejauh mana kemampuan siswa dalam menyerap pelajaran
yang sudah dilakukan berubah menjadi alat untuk menentukan kelulusan siswa.
Walhasil, berbagai “upaya” lalu dilakukan banyak pihak terkait agar siswa tetap
lulus bahkan sebisa mungkin dengan nilai memuaskan.
Sudah bukan rahasia lagi, kekacauan pelaksanaan
UN tahun 2013 seakan menjadi puncak bagi kegagalan sistem evaluasi pendidikan
di negeri kita. Pada tahun ini, di mana kurikulum 2013 akan serentak diterapkan
di sejumlah daerah, pun dengan banyak perbedaan pendapat, seakan mendapat
tantangan terbesar dari rakyat Indonesia , yaitu sebuah : ketidakpercayaan pada
Pemerintah, khususnya Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Lebih khusus lagi
tentu saja pada Mendikbud, Moh. Nuh yang tiba-tiba langsung menjadi sosok
populer di tahun ini.
Anak-anak sekarang kan kurang hafal dengan
nama-nama menteri. Bisa jadi, jumlah orang yang duduk di kabinet memang banyak
atau bisa juga karena terlalu sering berganti-ganti. Namun, coba tanyakan siapa
Mendikbud sekarang : insya Allah bisa menjawab. Namun popularitas Nuh ternyata
berbanding terbalik dengan kepercayaan masyarakat pada dunia pendidikan pada
umumnya. Ini yang bahaya. Pendidikan yang seharusnya menjadi sebuah upaya
pembentukan karakter generasi bangsa, akankah harus “keguguran” kembali ?
Pemandangan corat marut ini, mau berdalih
bagaimanapun juga, akan menjadi pembelajaran berharga bagi generasi mendatang
akan gagalnya sebuah manajeman. Kita hanya bisa berharap kejadian ini
menumbuhkan semangat bangkit dan keinginan memperbaiki diri. Sudah saatnya
semua pihak legowo bahwa yang harus dipertahankan dan tetap dipupuk adalah
karakter tanggung jawab dan kejujuran anak bangsa. Terlihat benar oleh siapapun
bahwa dua karakter ini sedang dijadikan contoh bagi anak-anak kita.
Lalu, karena UN mulai berubah tujuannya, maka dia
menjadi sebuah tujuan dari proses pendidikan itu sendiri. Apapun yang dilakukan
dalam kegiatan pembelajaran di sekolah akhirnya akan berujung pada bagaimana
meninggikan nilai UN. Dengan sangat terpaksa dan disadari atau tidak oleh
bangsa ini, daya juang, motivasi, bahkan nilai-nilai kejujuran akan tergadai
agar siswa tetap lulus UN bagaimanapun caranya. Para pemangku kebijakan seakan
menutup mata dengan fenomena ini. UN tetap dilaksanakan dengan berbagai cara.
Kecuranganpun semakin menemukan titik paling canggih pada pelaksanaannya. Siapa
bilang soal berbarcode tidak bisa dibuatkan kunci jawabannya ? Siapa yang
melakukannya ? Pertanyaan selanjutnya adalah : Apakah UN tahun mendatang akan
tetap dijalankan ?